Sabtu, 10 April 2010

Bambang Pamungkas Dibalik Kesuksesan Karier


indosiar.com, Jakarta - Seperti kata pepatah, selalu ada wanita kuat dibalik kesuksesan pria, begitu pula pesepak bola nasional Bambang Pamungkas menggambarkan artis sang istri tercinta Tribuana Tungga Dewi, dibalik kesuksesan kariernya sebagai Kapten Tim Nasional Indonesia.
Sebagai atlet yang kerap dituntut terus berprestasi, kehadiran istri dan ketiga buah hati disetiap pertandingan, menjadi hal paling indah bagi Bambang Pamungkas.
Kata Atlet Sepak Bola Nasional, Bambang Pamungkas, "Istri saya salah satu faktor yang sangat besar dalam mendukung karier saya, bisa memberikan motivasi diatas atau sedang terpuruk. Istri saya orang terpenting dalam hidup saya disaat kita sedang mengalami hari kerja yang kurang bagus tentunya keluarga tempat kita mengembalikan kepercayaan diri dan bisa merepreshing diri."

Kamis, 08 April 2010

UJIAN TIK

Sudah tiga tahun aku di SMP Negeri 1 BanjarnegaraIni saat-saat menjelang akhirdimana aku ikut ujian praktek TIK
Meski sedikit tegang aku merasa bahagia sebab ternyata ujian ini sangat mudah bagiku.
----------------- Salam kenal aku yang sedang ujian ---

Selasa, 06 April 2010

Special Treatment For A Special Person


Ditulis Oleh: Bepe, waktu: 24 December 2008, pada kategori:Tim Nasional

Hasil Minor Indonesia dalam Piala AFF tahun ini tak pelak membuat Tim Nasional Indonesia banyak mendapat sorotan dari masyarakat, cacian serta kritik silih berganti menerpa tim ini. Walaupun tidak sedikit yang masih memberi apresiasi yang positif akan tetapi nada-nada sumbang lebih banyak terdengar secara keseluruhan. Masyarakat mulai mengevaluasi kinerja tim menurut sudut pandang mereka masing-masing, pers mulai mencari kambing hitam tentang kegagalan kita kali ini. Lini per lini mulai dinilai, individu per individu mulai disorot kinerjanya, dan hampir semuanya mendapatkan nilai merah..
Dari sekian banyak punggawa Tim Nasional Indonesia, mungkin nama Bambang Pamungkas paling banyak mendapat sorotan. Pemain yang identik dengan lini depan Tim Nasional Indonesia selama 1 dekade terakhir ini banyak mendapatkan kritik, karena tidak mampu mengeluarkan penampilan terbaiknya selama Piala AFF diselenggarakan. Pemain yang selalu mengenakan No. 20 ini dinilai telah habis masa keemasannya, sudah tidak lagi berbahaya, sudah tidak pantas lagi berada di garis depan dan sudah saatnya menanggalkan seragam kebesaran Merah Putih…

Sejujurnya saya sendiri setuju dengan pendapat masyarakat yang sangat menyudutkan saya, secara fair harus saya katakan bahwa penampilan saya selama Piala Aff kali ini jauh dari kata baik, hanya mencetak 2 gol dari 5 kali penampilan jelas suatu hasil negatif bagi pemain seperti saya. Penampilan saya selama ajang ini memang jauh dari sosok Bambang Pamungkas yang selama ini dikenal publik…

Banyak email yang masuk melalui web saya, atau ada juga yang memberikan komentar melalui Facebook saya yang isinya sangat beragam, ada yang masih memberikan dukungan akan tetapi tidak sedikit yang memberikan cacian. Ada yang memberi komentar dengan bahasa yang baik, ada juga yang sedikit berbasa-basi akan tetapi ada yang menggunakan bahasa yang cukup kasar dalam mengkritik penampilan saya…

Secara pribadi saya bisa menerima semuanya dengan lapang dada, karena memang itu adalah bagian dari tanggung jawab saya sebagai pemain nasional, mereka hanya berusaha memberi penilaian secara jujur. Teori menjadi pemain nasional sebenarnya sangat simpel, jika Tim Nasional sukses Anda akan dipuji setinggi langit, akan tetapi sebaliknya ketika Tim Nasional gagal Anda akan dicaci-maki habis-habisan…

Akan tetapi satu hal yang membuat saya sedikit miris adalah, mengapa kegagalan Tim Nasional kali ini terkesan hanya menjadi tanggung jawab saya, diluar konteks pelatih tentunya, saya adalah pemain yang paling banyak menjadi sasaran tembak masyarakat, bahkan salah satu koran terkemuka sampai memberikan kolom khusus dalam menilai kiprah saya selama AFF, dalam kolom itu mereka menyebutkan bahwa kegagalan saya untuk bersinar salah satunya dikarenakan perselisihan saya dengan M. Ilham, sehingga saya kurang mendapat pasokan bola dari gelandang. Ehm.. saya tidak habis pikir dengan gosip yang mereka sembulkan ini, secara jujur saya katakan bahwa saya tidak pernah mempunyai masalah pribadi dengan M. Ilham, setiap pemain dalam tim memang sering berdiskusi, akan tetapi selalu dalam konteks yang positif. Menurut saya mereka hanya mencoba memancing di air keruh…

Jika saya tidak mampu mencetak gol, itu murni kesalahan saya, jadi arahkan saja moncong senapan Anda ke arah saya dan mulailah menembak, tidak perlu Anda membuat “Collateral Damage” atau mencoba membuat kerusakan di sisi yang lain. Mungkin ini sudah menjadi konsekuensi saya sebagai pemain yang selalu menjadi tumpuan harapan masyarakat, masyarakat selalu berharap lebih pada diri saya, akan selalu terjadi konflik jika seorang Bambang Pamungkas gagal mecetak gol dalam 3 atau 4 pertandingan, baik di liga maupun Tim Nasional. Ketika saya gagal bermain baik semua orang mengkritik gaya bermain saya, yang kurang agresiflah, terlalu sering menunggu bola, dll. Akan tetapi jika saya mulai bermain baik dan mencetak gol di setiap pertandingan, orang tidak akan lagi perduli dengan gaya apa saya bermain, yang terpenting adalah saya berhasil melewatkan bola di garis diantara 2 tiang gawang,TITIK..!!!

Dalam sebuah buku, Michael Jordan pernah menyebutkan “It’s Always Special Treatment For Special Person” yang kurang lebih berarti akan “Selalu ada perlakuan yang spesial untuk seseorang yang spesial”. Mungkin ini adalah salah satu perlakuan spesial publik terhadap diri saya, mereka akan memuji saya lebih dari pemain yang lain ketika saya berhasil, begitu pula sebaliknya, mereka akan memendam saya lebih dalam dari pemain lain ketika saya gagal. So artinya saya adalah pemain yang spesial bagi mereka he he he..

Lebih dari pada itu saya adalah pribadi yang menyukai tekanan, seperti yang saya sering kemukakan bahwa “Sepakbola tanpa tekanan bagaikan makan makan nasi putih panas + sambel trasi tanpa ikan asin + pete” kurang nendang. Karena sejatinya apapun profesi Anda selalu dibutuhkan tekanan. Karena tekanan akan membuat Anda selalu terjaga, tekanan akan membuat Anda selalu merasa harus belajar dan tekanan akan selalu membuat Anda berusaha menggali kemampuan Anda sampai ke batas maksimal…

Jika Anda sempat melihat partai tinju antara Oscar Dela Hoya Vs Manny Paqiuao, yang dimenangkan oleh petinju Philipina tersebut, pada akhir pertandingan dalam sebuah wawancara, terdapat sebuah pertanyaan yang sangat menarik “Oscar, apakah Anda akan pensiun setelah kekalahan ini..? Anda tau apa jawaban Oscar “When The True Champs like Manny Beat You, There’s Still Another Day”.. So Do I.., masih ada hari esok, memang betul saat ini saya gagal, tetapi tidak ada alasan bagi saya untuk berbalik arah dan berlari. Tim Nasional adalah tanggung jawab semua pemain sepakbola di negeri ini termasuk saya, saya tidak akan pernah berhenti sampai tenaga saya tidak lagi dibutuhkan. Ini bukan karena serakah atau tidak tau diri, akan tetapi lebih kepada tanggung jawab moral dan rasa cinta saya terhadap olahraga yang telah membesarkan nama saya. Bermain untuk Tim Nasional memang membutuhkan mental yang kuat, karena Anda harus selalu siap dengan terpaan badai dari segala penjuru, oleh karena itu tidak semua pemain “BERANI DATANG” untuk memenuhi panggilan Tim Nasional. Bagi saya sendiri kapanpun pelatih tim nasional menelephone dan membutuhkan tenaga saya, seketika itu juga saya akan mengemas barang saya dan berangkat menuju Asrama Tim Nasional. Itu adalah komitmen saya sejak pertama kali saya diberi kehormatan menggunakan seragam Kebesaran Merah Putih 9 tahun lalu. Dan satu hal lagi, saya siap menerjang apapun badai yang akan menerpa saya karena “SAYA BUKAN SEORANG PENGECUT….!!!”…

Kamis, 11 Februari 2010

AWALNYA DIBAYAR Rp.50.000 ?


Bambang Pamungkas saat ini berlabel sebagai pemain termahal di Indonesia. Kontraknya tertinggi dibandingkan bintang lokal lainnya. Bahkan, berani diadu dengan nilai kontrak bintang asing. Tapi, siapa sangka awalnya dia hanya mendapatkan bayaran Rp.50.000 untuk bermain bola? Berikut serba pertama seorang Bambang Pamungkas.


SEPATU
Merk Foxi. Bambang Pamungkas mengakui sepatu ini sangat berpengaruh dalam perjalanan kariernya. Berkat sepatu itulah dia mengenal dan jatuh cinta dengan sepak bola.


KLUB IDOLA
Klub pertama yang menjadi idola Bambang adalah Pelita Jaya. Saat Bambang masih aktif di level junior, Pelita Jaya sudah dikenal sebagai klub yang sarat bintang. Termasuk idolanya, Kurniawan Dwi Yulianto.


NAIK PESAWAT TERBANG
Pada 1996 dia sudah merasakan naik pesawat terbang ketika pergi ke India. Waktu itu Bambang yang sudah terlihat bakat istimewanya diikutkan dalam rombongan timnas pelajar Asia. Sejak itu dia semakin terbiasa naik pesawat. Bersama timnas pelajar, dia melanglang buana ke Asia. Diantaranya Korea Selatan, Filipina dan Malaysia.


GAJI
Pada 1996 hingga 1999, Bambang bergabung dengan Diklat Salatiga. Di Diklat ini, dia menerima bayaran pertama dari hasil jerih payahnya sendiri. Dia mendapatkan gaji sebesar Rp.50.000.


KONTRAK PROFESIONAL
Persija Jakarta menjadi klub pertama yang resmi mengontraknya. Tepatnya pada tahun 1999.


MOBIL
Meski sudah malang melintang di sepak bola nasional selama bebeapa tahun, Bambang baru bisa membeli mobil pada awal millenium baru. Dia membeli Toyota Kijang keluaran tahun 2000.


PACARAN
Bambang Pamungkas mengenal pacaran pada umur 18 tahun. Dia tak mau menyebutkan identitas pacarnya, karena itu demi menghormati keluarga dan tak ingin mengenang masa lalu.

JUAL AYAM DEMI KARIER


SEPAK bola telah mengubah hidup Haji Misranto, dari pas-pasan menjadi serbakecukupan. Perubahan drastis itu tidak lepas dari ketekunan, kesabaran, kegigihan dan pengorbanannya dalam mendidik serta menularkan ilmu bermain sepak bola kepada anak-anaknya. Hasilnya, salah satu putra mantan pelatih GT-One Getas tahun 1980-an itu menjadi pemain besar.

Tidak hanya terkenal di Indonesia, tapi juga berkibar di negeri tetangga, Malaysia. Dia adalah Bambang Pamungkas. Pensiunan PNS yang pernah melatih klub Rajawali Ambarawa itu pun sangat bersyukur. Andai Bambang tidak sesukses seperti sekarang, kehidupannya tentu tidak seperti ini, menjadi orang terpandang di kampungnya, Desa Getas Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

''Dulu, makan nasi tiwul (nasi terbuat dari gaplek-red) bagi karyawan rendahan seperti saya sudah biasa. Waktu itu saya harus menanggung tujuh anak. Setelah masa berjalan, saya tidak mengira hidup bisa berubah seperti ini. Kami harus bersyukur kepada Allah,'' jelas Misranto, yang matanya tidak pernah lepas mengamati anak-anak asuhannya yang tergabung dalam klub Apacinti di lapangan Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Salatiga.

Ya, sulit membayangkan kehidupan keluarga Haji Misranto bisa seperti sekarang ini. Bagaimana tidak? Kehidupannya dulu penuh warna keprihatinan. Saat jadi karyawan rendahan PTP XVIII Getas, Kabupaten Semarang (sekarang PTPN IX Getas), dapurnya bisa ngebul setiap hari saja sudah merupakan berkah tersendiri. Kehidupan yang serba sulit itu juga membuat pria kelahiran 6 Januari 1943 ini tidak mungkin bisa menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang lebih tinggi.

Tetapi sosok Misranto bukan tipe orang pemalas. Dia tidak pernah menyerah dengan keadaan, kendati sehari-hari harus makan seadanya demi membesarkan anak-anaknya. Dengan harapan, kelak mereka bisa mikul duwur mendem jero kepada orang tua.

Jalan satu-satunya yang bisa dilakukan untuk mengangkat derajat keluarga hanya menggiring empat anak laki-lakinya ke lapangan. Kebetulan, tidak jauh dari rumahnya, sekitar 100 meter, terdapat lapangan sepak bola permanen milik PTP XVIII yang sehari-hari digunakan latihan klub GT One Getas.

Ternyata dari empat anaknya itu, hanya Bambang Pamungkas dan Tri Agus Prasetyo yang menonjol. Hanya, Tri Agus kemudian memilih menjadi PNS pemkab dan pelatih Persibara Banjarnegara, melanjutkan profesi orang tuanya.

''Di lapangan PTP XVIII itulah Bambang kali pertama latihan bola. Saat itu dia baru kelas IV SD. Bakatnya sudah terlihat sejak kecil,'' kenangnya.

Misranto memang patut bangga terhadap Bambang Pamungkas. Mantan striker Persija Jakarta itu saat ini bergabung dengan klub Selangor FC Malaysia. Untuk ukuran pemain Indonesia, gaji dan kontrak yang didapat di klub tersebut sangat wah. Setiap bulan pemain kelahiran Getas 10 Oktober 1980 itu menerima gaji Rp 143 juta dengan nilai kontraknya musim ini Rp 1,5 miliar.

Bambang juga masih mendapat tambahan bonus setiap kemenangan, yaitu Rp 11 juta per pemain. Padahal ketika merumput di Persija, gajinya hanya sekitar Rp 35 juta dan kontrak Rp 300 juta. Bisa dibayangkan berapa kekayaan Bambang sekarang ini.

Di klub barunya itu, Bambang jadi idola. Bersama dengan Elie Aiboy, yang juga mantan pemain Persija, dia berhasil mengangkat pamor Selangor FC di kancah sepak bola Malaysia. Tidak tanggung-tanggung, treble winner langsung dipersembahkan mereka, yaitu Piala FA, Juara Liga Perdana dan Piala Malaysia 2005 dalam satu musim. Bahkan, predikat pemain terbaik di Final Piala Malaysia dengan mencetak 39 gol pun diraih Bambang.

''Dibanding pemain-pemain profesional Indonesia lainnya, Bambang memang punya keistimewaan tersendiri. Pemain yang lain main di klub dulu baru gabung dengan timnas. Tapi, Bambang masuk timnas dulu baru masuk klub (Persija-red). Dari yunior sampai pemain senior dia terus berada di timnas,'' terang Misranto.

Berkorban

Untuk menjadikan Bambang pemain besar, Misranto harus banyak berkorban. Dia ingat harus membelikan sepatu sepak bola seharga Rp 2.500 ketika gajinya saat itu hanya sekitar Rp 30 ribu. Bukan itu saja, ayam jago kesayangannya terpaksa dijual untuk mengantar anak keenamnya itu berlatih di Semarang tahun 1992. Saat itu, Bambang yang akrab disapa BP tersebut dipinjam Sartono Anwar untuk memperkuat SSB Tugu Muda di kompetisi antar-SSB Piala Jamiat Dalhar di Yogyakarta.

Bambang tidak besar kepala. Kendati kini sudah kaya raya, dia tidak lupa dengan asal usulnya. Ibarat kacang tidak lupa akan kulitnya. Buktinya, setelah sukses dia tidak lupa kepada kedua orang tua. Selain itu dia juga membantu pembangunan asrama dan lapangan klub Apacinti di Pabelan. Maklum, Bambang juga merupakan ''alumnus'' Apacinti.

Rumah kedua orang tuanya yang semula terbuat dari gedek (papan bambu) dengan atap genting dirobohkan. Rumah itu dirombak menjadi rumah tembok dilengkapi dengan garasi terhitung sejak 2001 ketika dia masih gabung dengan Persija.

Untuk alat transpotasi, kedua orang tuanya dibelikan mobil Toyota LGX dan motor. Satu tahun kemudian mereka diberangkatkan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. ''Banyak contoh anak tidak berbakti kepada orang tua. Tapi hal itu tidak dilakukan oleh Bambang. Kendati sudah berkeluarga, sampai sekarang dia masih terus mentransfer uang kepada kami.''

Berapa setiap bulannya? ''Itu rahasia. Untuk ukuran saya lebih dari cukup. Inilah buah dari perjuangan,'' tandasnya.

KARIR PROFESIONAL SEORANG BAMBANG PAMUNGKAS


Bambang Pamungkas (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 10 Juni 1980; umur 29 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Saat ini dia bermain untuk Persija Jakarta di Divisi Utama Liga Indonesia dan pernah mewakili negara dalam timnas sepak bola Indonesia. Dia biasa berposisi sebagai penyerang.

Meskipun tidak terlalu tinggi (171 cm), Bambang mempunyai lompatan yang tinggi dan tandukan yang akurat. Salah satu pemain yang dikaguminya adalah rekannya dalam tim nasional, Kurniawan Dwi Yulianto.

Saat masih bermain dalam tim remaja Jawa Tengah, ia pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Haornas, sebuah kejuaraan tingkat remaja. Bambang juga pernah menjadi pencetak gol terbanyak untuk skuad Indonesia di Piala Asia U-19 Grup V, dengan 7 gol.

Penampilan pertama Bambang bersama timnas senior adalah pada 2 Juli 1999 dalam pertandingan persahabatan melawan Lituania. Bambang, yang saat itu baru berusia 18 tahun, berhasil menciptakan sebuah gol dalam pertandingan yang berakhir seri 2-2.

Bambang menjaringkan 2 gol pada musim pertamanya di Liga Indonesia walaupun tim yang diwakilinya Persija Jakarta gagal ke babak akhir. Saat musim tersebut berakhir, Bambang bergabung dengan sebuah tim divisi 3 Belanda, EHC Norad. Namun masalah keluarga dan kegagalan dalam menyesuaikan diri dengan cuaca sejuk Eropa menyebabkan beberapa bulan setelah itu, EHC Norad meminjamkan Bambang kembali kepada Persija sebelum kedua-dua pihak mengakhiri kontrak atas persetujuan bersama.

Setahun kemudian, Bambang menjadi pencetak gol terbanyak dengan 8 gol sekaligus membantu Indonesia menjadi juara kedua Piala Tiger 2002.

Hingga penampilan terakhirnya untuk Indonesia pada kualifikasi Piala Dunia 2006 melawan Sri Lanka pada September 2004, Bambang telah menjaringkan 18 gol dalam 35 penampilan. Namun masalah kecederaan serta prestasi yang menurun (kali terakhir Bambang menjaringkan gol untuk Indonesia adalah pada 12 Februari 2004) menyebabkannya tersisih dari skuad Piala Tiger Indonesia 2004. Saat rekan-rekannya berjuang di Piala Tiger, Bambang menandatangani kontrak dengan Selangor FC. Hingga Juli 2005, ia adalah pencetak gol terbanyak untuk timnya dengan 22 gol.

Musim 2007 ia kembali memperkuat Persija Jakarta di Liga Indonesia. Pada 10 Juli 2007, ketika pertandingan Indonesia-Bahrain, ia mencetak gol, memastikan Indonesia menang 2-1.

Perjalanan karir